Beranda » Culture » Barong Brutuk, Tradisi Unik yang Ada di Bali
Kaburkebali.com – Bali, banyak yang unik – unik, setuju? Seperti tradisi unik yang satu ini. Ialah tari Barong Brutuk, tradisi unik dan mungkin sekarang sudah jarang sekali. Tarian ini berasal dari desa Trunyan, desa yang masih melestarikan tradisi unik ini. Tradisi ini sudah diwariskan turun – temurun. Menurut warga sekitar, ratusan tahun yang lalu hidup seorang Ratu Sakti Pancering Jagat (seorang laki – laki) dengan istrinya Ratu Ayu Dalem Pingit Dasar, dan barong Brutuk sendiri adalah anak buah dari sang raja dan ratu tersebut.
www.balinatha.com
Sekilas, barong Brutuk ini seperti suku pedalaman, tapi sebenarnya tidak seperti itu. Yang membedakan barong Brutuk dengan barong – barong lain di Bali adalah topengnya yang terkesan sederhana namun memiliki kesan sangat tegas, dan pemakaian kostum yang sederhana yang hanya menggunakan daun kraras (daun pisang kering).
Upacara Brutuk dimulai dengan penampilan para unen-unen tingkat anggota. Mereka mengelilingi tembok pura masing-masing tiga kali sambil melambaikan cemeti/pecut kepada penonton, peserta upacara. Cemetinya membuat bunyi melengking dan membangkitkan rasa takut penonton.Tak jarang ada penonton atau penduduk desa yang diperbolehkan masuk ke rumahnya ,ada juga yang bersembunyi di balik pagar-pagar sederhana dekat rumahnya karena mereka takut disambar dan kena cemeti Sang Brutuk.
nimadesriandani.wordpress.com
Ketika Sang Raja, Ratu dan Patih, dan kakak Sang Ratu tampil dalam pementasan, seorang pemangku berpakaian putih mendekati keempat penari itu dan langsung menyajikan sesajen, seperangkat sesaji penyambutan dan diiringi doa-doa keselamatan bagi masyarakat Trunyan. Keempat ningrat Brutuk itu juga mengelilingi pura sebanyak tiga kali, melambaikan cemeti mereka dan kemudian bergabung dengan para Brutuk yang lain.
Disaat para Brutuk yang berjumlah 19 orang ini sudah berkumpul dan mulai berkeliling -keliling di halaman dan jeroan pura sambil melambai cambuk/cemetinya keberbagai arah sambil menarikan tarian kuno yang khas (meniru gerakan binatang liar di hutan ) .
Yang perlu anda ketahui ,cara mereka melayangkan cambuknya itu benar-benar agresive dan tidak main-main tapi beberapa warga malah ada yang mendekati Si Brutuk dan mencuri daun kerarasnya,kenapa mereka bisa nekat seperti itu ? Hal itu adalah salah satu skenario dari tradisi itu sendiri.Masyarakat percaya bahwa daun keraras dari tubuh Barong Brutuk itu membawakan kesejahtraan dan berkah sementara cambuknya itu berfungsi sebagai pembawa tamba /obat .
http://eyesonindonesia.photoshelter.com/image/I00000pXZh4iAl2E
“Mriki tu , mriki tuuu (kesini ratu kesini ),malih tu ,nunas tamba!!!! (sekali lagi ratu,minta obatnya) ” begitulah Terkadang beberapa orang tua akan memanggil manggil si brutuk ini agar datang mendekat.
Para Anak kecil di Desa ini juga tak mau kalah , mereka malah mengejek-ngejek ataupun memancing si Brutuk agar mendekat dan memecuti mereka ,tapi saat pecut itu dilambaikan kearah mereka ,anak-anak ini malah lari kegirangan .
Saking kuatnya kepercayaan masyarakat akan tradisinya ini , hingga malah hampir setiap orang membiarkan tubuhnya untuk dipecut ,karena memang beberapa dari masyarakat mengatakan tamba jenis ini sudah banyak terbukti.Mereka yang berhasil mencuri keraras si brutuk akan menyimpan keraras itu di rumahnya ,di pakaiannya dan tidak jarang di masukkan ke telinganya.
Si Brutuk tidak hanya menari ,melambaikan cambuk dan berkeliling saja tapi mereka juga melempar beberapa buah-buahan atau sesajen yg ia dapat ke penduduk desa ,sehingga warga akan berebut mendapat buah/sesajen tersebut karena dipercaya membawa berkah ataupun tamba(obat).
Tarian Barong Brutuk ini berdurasi hampir seharian penuh. Pagi hari hanya di halaman Jeroan Pura, lalu setelah istiahat sejenak dilanjutkan ke areal Jaba Pura (bagian luar /areal Pura yang lebih rendah). Sore harinya dipentaskan bagaimana pria dan wanita Trunyan pada jaman dulu mencari pasangannya, yang disebut dengan acara metambak-tambakan. Barong Brutuk dengan topeng raja dan ratu menarikan tarian percintaan ini. Mereka sama -sama menari dengan aggresif-nya, hingga akhirnya merasa cocok dan menikah. Saya dijelaskan bahwa dalam kepercayaan masyarakat Trunyan, bahwa urusan mencari jodoh bukanlah hanya urusan pria saja yang harus aggresif menyeleksi dan menentukan pilihan hidupnya, namun para wanita pun layak sama aggresifnya dalam menentukan pilihannya sendiri.

# Bagikan informasi ini kepada teman atau kerabat Anda

Kontak Kami

Apabila ada yang ditanyakan, silahkan hubungi kami melalui kontak di bawah ini.